watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

SENSASI DIKANTOR

Aku dan Lidya sudah lama sekali tak bertemu.
Setelah sama-sama lepas dari pasangan masing-
masing, keinginan bertemu besar sekali.
Mungkin karena banyaknya kecocokan kami
dahulu, dari mulai curhat sampai ML yang boleh
dibilang sudah sama-sama hapal kesukaan
masing-masing. Pada suatu kesempatan, kami
bertemu kembali di telepon, dan langsung
janjian bertemu di kantornya hari sabtu siang,
yang kebetulan juga ada pekerjaan yang harus
diselesaikannya.
Meluncurlah aku kekantornya di sebuah building
di jalan utama ibu kota. Karena hari itu hari
sabtu, praktis sebagian besar kantor tutup.
Demikian juga di lantai tempat kantor Lidya,
hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak
ada karyawan piket karena memang cuma
setengah hari. Karenanya, Lidya sendiri yang
membukakan pintu dan menyambutku dengan
penuh semangat. Akupun demikian, walaupun
sempat terpana sebelumnya melihat dirinya
yang semakin cantik, sensual dan sexy, apalagi
dengan penampilannya siang itu yang
mengenakan blazer merah, rok mini ketat dan
sepatu tinggi hingga menampakkan kejenjangan
kakinya serta kemulusan kulitnya yang mulus,
walaupun tubuhnya tetap tidak berubah, yaitu
mungil dan ramping.
"Aku selesai'in kerjaanku dulu ya., abis itu baru
kita jalan..",
Kata Lidya sambil mengajakku ke mejanya
setelah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu.
Lidya lalu duduk di kursinya sambil
menyelesaikan pekerjaan di komputernya.
"Aku pijetin yah..,"
Kataku sambil berdiri di belakang kursinya
berbarengan dengan mampirnya kedua
tanganku di pundaknya untuk memijat.
"Hmm.., enaknya.., udah lama ya kamu nggak
mijet aku.., aku kangen sama tanganmu..,"
katanya lagi sambil menggeliat manja.
"Kangen sama bibirku juga nggak?," bisikku
kemudian yang kubarengi dengan ciumanku di
kupingnya.
Lidya langsung menggeliat, apalagi waktu kraag
blousenya agak kusingkap dan ciumanku
menjalar ke leher dan tengkuknya yang mulus.
Aroma tubuhnya yang alami kurasakan lagi
setelah sekian lama tak berjumpa dengannya.
"Ssshh.., kamu nggak berubah yah..,"
Rintih Lidya kenikmatan sambil mematikan
computernya.
"Kaya'nya kita nggak perlu keluar dari sini deh..,
sebentar ya, aku kunci dulu pintu depannya,"
katanya lagi.
Agak lama Lidya mengunci pintu depan, dan
waktu balik ke ruang kerjanya, mataku terbelalak
melihat Lidya hanya tinggal mengenakan blazer
merahnya yang terkancing seadanya tanpa apa-
apa lagi di dalamnya. Tanpa bicara, Lidya
langsung menggandengku menuju ruang
meeting kecil yang hanya berisi meja bulat dan
beberapa kursi.
"Aku kangen melihat tubuhmu," katanya lagi.
Sementara aku buka pakaianku semua, Lidya
mendekatiku dan tiba-tiba melumat bibirku yang
langsung kusambut dengan meneroboskan
lidahku dan menari-nari di dalam mulutnya
sambil kadang-kadang mengulum lidahnya.
Begitu aku bugil total, Lidya meyuruhku duduk di
kursi meeting, sementara dia ambil posisi berdiri
dihadapanku sambil pelan-pelan membuka
kancing blazernya dengan gaya erotis. Setelah
itu, disingkapnya masing-masing ke samping
sehingga muncullah pemandangan yang amat
indah. Buah dadanya yang ranum, bulat, dan
padat dengan pentilnya yang merah muda itu
nampak mencuat menantang, apalagi dengan
tubuhnya yang makin basah oleh keringat
sehingga kulitnya yang mulus makin berkilat.
Belum lagi aku terkagum-kagum melihatnya,
Lidya langsung duduk dipangkuanku dengan
mengangkangkan pahanya bertumpu di
pegangan tangan kursiku sehingga posisi buah
dadanya tepat persis di mukaku.
"Udah lama kamu nggak menyantap susuku,
ayo dong isep",
Goda Lidya sambil meneruskan melepas
blazernya dan menaruh kedua tangannya ke atas
senderan kursiku dan menyodorkan dadanya
hingga kepalaku terbenam di antara dua bukitnya
yang kenyal itu.
Penisku mulai berdiri lagi dengan perlakuannya
ini, apalagi aku bebas menghirup aroma tubunya
yang bercampur antara parfum dan keringatnya
itu. Muncul ideku untuk bermain-main dulu
dengan menciumi lehernya yang jenjang dan
terus ke belakang telinganya. Lidya menggeliat
kegelian dan membuat hidung dan bibirku
menjalar ke ketiaknya yang halus bersih itu,
setelah sebelumnya menelusuri lengannya yang
lembut. Disitu kuciumi sepuas-puasnya dan
kujilat-jilat seputar ketiaknya yang merupakan
salah satu kesukaannyaa juga.
Kegeliannya membuat kepala Lidya menengadah
kebelakang sehingga buah dadanya siap dilumat
dengan mulutku yang makin liar. Kujilati mulai
dari bawah buah dadanya, terus kesamping dan
berlama-lama di seputar putingnya yang makin
mengeras. Lidya yang nggak sabar, mendorong
putingnya ke mulutku yang langsung kusambut
dengan jilatan panjang, gigitan kecil dan
kemotan-kemotan halus di putingnya. Tubuhnya
makin menggelinjang ketika tanganku juga
beraksi mengusap-usap selangkangannya yang
ternyata sudah basah dari tadi.
Jariku mulai menyusup ke vaginanya dan
kugosok-gosok klentitnya. Tidak Cuma itu, jari-
jarikupun menerobos masuk ke vaginanya yang
terbuka bebas dengan gerakan maju-mundur
yang makin lama makin cepat, dan ..
"Aaggh..sudah dong, sudaah",
Erang Lidya yang badannya mengejang sambil
mendekap erat mukaku di buah dadanya sampai
aku sulit bernafas, sementara jariku merasakan
hangatnya cairan dari vaginanya. Rupanya Lidya
baru saja mencapai klimaksnya dengan posisi
kedua pahanya yang masih mengangkang dan
masing-masing bertumpu pada sandaran
tangan kursiku.
Tubuhnya lalu kuangkat dari kursi dan
kurebahkan di meja bulat di depanku dengan
posisi kedua kakinya, dari batas lutut menjuntai
ke bawah, agar Lidya bisa beristirahat sebentar
mengembalikan tenaganya. Sementara
beristirahat, aku yang duduk kembali di kursi
mengangkat kedua kakinya, melepas sepatu
tingginya, dan menaruh di pangkuanku sambil
kupijat lembut dari ujung kaki hingga betisnya.
Kupandang sejenak kakinya yang bener-bener
mulus bersih dengan jari-jari kakinya yang rapi
dan tanpa kutek itu serta betisnya yang ramping
berisi. Lidya menikmati sekali pijatanku, bahkan
waktu kugantikan tugas tanganku dengan bibirku
yang menelusuri seluruh permukaan kulit
kakinya.
"Aawh..sshh,..geli sayang,"
Rintihnya lagi namun tetap pasrah menyerahkan
kakinya untuk kuciumi dan kujilati dari mulai
tumit, telapak kaki hingga jari-jari kakinya. Selain
kumainkan lidahku, tak lupa kukemot satu
persatu jari kakinya yang kutahu paling dia suka.
Lidya menikmati sekali permainanku ini sampai
posisi kedua kakinya jadi tak beraturan karena
menahan geli dan nikmat. Walaupun kedua
kakinya masih kuciumi, pahanya mulai terbuka
sedikit, sehingga satu tanganku bisa bebas
menjamah kemulusan paha dan
selangkangannya. Puas dengan kakinya,
kulanjutkan ciumanku ke atas menelusuri
betisnya yang indah, bagian dalam lutut, dan
pahanya. Sempat kukecup-kecup lembut kedua
paha dalamnya sambil tanganku terus
menjelajah ke vaginanya. Lidya menggelinjang,
tapi tanpa sadar malah memajukan duduknya ke
pinggir meja dan kedua kakinya dikangkangkan
ke masing-masing ujung meja, sehingga
selangkangannya makin terbuka lebar
membuatku makin bernafsu.
Tanpa tunggu lagi, kupindahkan mulutku ke
vaginanya yang nampak basah, dan kedua
tanganku menjamah buah dadanya di atas.
Jilatan-jilatan dan isepan-isepanku di vagina inilah
yang paling disukai Lidya. Dari menyusuri bibir
vaginanya, kuarahkan kemudian lidahku ke
clitorisnya dan kumainkan dengan ujung lidahku
hingga Lidya mengerang hebat. Tak cuma itu,
clitorisnya tak luput juga dari kuluman bibirku
yang kubarengi dengan liukan lidahku yang
makin liar.
"Mas, kencengin lidahnya mas",
Pinta Lidya sambil tangannya tiba-tiba menekan
kepalaku lebih dalam. Aku tahu maksud Lidya
yang minta lidahku dikerasin seolah penis dan
ditarik maju-mundur ke liang vaginanya. Lidya
meronta-ronta, apalagi ketika clitorisnya kujilat
berulang-ulang lalu kujulurkan lebih dalam
menembus liang vaginanya bersamaan dengan
makin cepatnya gerakan maju-mundur pinngul
Lidya, dan
"aghh"..aagh!!"
Tubuhnya melengkung dan mengejang.
Kepalanya direbahkan kebelakang dan kedua
pahanya dirapatkan sehingga menjepit kepalaku
yang masih berada di selangkangannya sambil
tangannya terus menekan kencang.
Tanpa istirahat lagi, dengan cepat aku berdiri dari
kursi lalu mengangkat kedua kakinya tinggi ke
atas dan kutumpangkan masing-masing di
pundakku, sehingga posisi penisku tepat berada
di depan liang vaginanya yang persis berada di
pinggir meja.
"Ooowh ..," teriak Lidya begitu penisku yang
tegak keras bak meriam masuk lurus ke liang
vaginanya.
Langsung kugerakkan maju-mundur pinggulku
yang membuat Lidya menjerit-jerit kecil karena
menahan geli, setelah mencapai klimaks
sebelumnya. Pinggulnya diputar-putarkan
mengimbagi gerakan penisku yang makin lama
makin cepat bergerak maju-mundur. Lidya
makin pasrah waktu pergelangan kakinya
kupegang dan kukangkangkan ke samping
sambil terus menggenjot vaginanya. Baru
sebentar Lidya tak tahan, dan lebih memilih
melingkarkan kakinya ke pinggangku sambil
terus menggoyang-goyang pinggulnya.
Kesempatan ini kupergunakan dengan
merapatkan badanku ke tubuhnya yang indah
itu, dan dengan tak henti menggenjot vaginanya,
bibir dan tanganku ikut bekerja. Tanganku
meremas gundukan buah dadanya yang ranum,
dan bibirku merajalela di wajah dan lehernya.
Penisku menghujam makin cepat ke liang
vaginanya. Kedua tanganku kemudian menahan
kedua tangannya dan bibirku kuturunkan ke
putingnya untuk kujilat dan kukemot habis-
habisn.., sehingga
" Aaagghh..!!," Teriak Lidya dan aku hampir
bersamaan.
Kedua tubuh bugil kami sama-sama menegang.
Kedua kakinya kencang sekali menghimpit
pinggangku, dan tangannya beralih menekan
kepalaku ke buah dadanya.
Kami sama-sama terdiam beberapa saat
menikmati ledakan yang luar biasa. Keringat
mengucur deras membasahi meja meeting itu
walaupun AC terasa dingin. Kulepaskan tubuhku
kemudian sambil memandangi tubuh Lidya
yang indah mulus itu terlentang di atas meja.
Tampangnya yang sensual itu masih tersenyum
kepuasan, dan membuatku gemas. Lalu aku
mulai lagi menjelajahi seluruh lekuk liku
tubuhnya dengan jilatan-jilatan nakal, Lidya
cuma bisa menggelinjang pasrah dan dengan
manja berkata lagi,
" Coba deh kamu tiap hari ke kantorku."
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/913
U-ON

inc Powered by Xtgem.com